Cantik, Cantik Itu Apa?

Oka
3 min readAug 16, 2022
Bayiku, Yasmin

Yasmin cantik banget, saya bilang pada anak saya saat dia tersenyum.

Yasmin cantik banget, papanya bilang saat melihat anaknya setelah berganti baju.

Yasmin cantik banget, pengasuhnya bilang saat melihat Yasmin selesai menyisir rambut.

Lalu saya berpikir, cantik: sepenting apakah identifikasi semacam ini bagi anak saya, Yasmin, nantinya? Apakah lantas hal tersebut bisa mengerek tingkat percaya diri juga harga dirinya? Lalu, bagaimana jika kelak ia keluar dan bertemu dengan orang yang mengatakan sebaliknya? Akankah ia menjadi haus validasi (cantik) dari orang-orang di luar lingkaran kecilnya?

Yasmin cantik dikuncir dua

Yasmin cantik rambutnya dikepang

Yasmin cantik pakai baju bunga-bunga

Lalu, akankah Yasmin juga cantik jika tidak sedang mengenakan baju bunga-bunga, tidak sedang dikepang rambutnya atau dikuncir dua?

Ada kekhawatiran yang muncul di pikiran saya karena hal ini. Saya takut anak saya mengasosiasikan cantik dengan berbagai benda-benda ini (aksesoris, baju dan lain-lain) — yang sebenarnya justru membutuhkan seorang Yasmin (dan tubuh-tubuh lainnya) untuk bisa berguna. Saya khawatir jika besar nanti anak saya terikat dengan benda-benda ini sebagai upayanya membuat diri terlihat menarik di mata orang lain, serta berharap diganjar validasi label cantik.

Di sisi lain, saya sendiri termasuk yang masih bingung mengartikan “cantik”. Karena selama ini yang dipahami orang-orang di lingkungan saya — ya, termasuk saya, kata “cantik” mengacu pada penampilan fisik dengan ciri-ciri mata bulat, hidung lancip, tinggi semampai, tubuh ramping, dan sebagainya.

Tentu ada pula orang-orang yang mengatakan jika cantik itu yang baik hatinya, yang suka menolong orang lain, yang cerdas, yang rajin, yang tidak berdasarkan penampilan fisik semata. Namun dengan pengertian kata cantik yang sudah mengakar kuat mengacu pada fisik, bisakah anak saya percaya jika cantik tak semata rupa? Dan jika ia dilabeli cantik karena ia cerdas, misalnya, maka ia merasa tak cantik wajahnya. Ia kemudian masih mencari cara meraih validasi “cantik” ini. (Dan jika ia cerdas, maka ia tahu label kata cerdas ditujukan untuk hal apa dan tahu itu sebabnya hal tersebut tidak disebut “cantik”)

Lalu, cantik itu yang seperti apa?

Apakah cantik itu yang fisiknya memenuhi standar-standar tertentu?

Apakah cantik itu mengacu pada hal-hal tak teraba indra?

Cantik itu apa?

Jika nanti Yasmin bertanya demikian, mungkin ini jawaban saya: cantik itu sebuah kata, yang maknanya bisa berubah — bergantung siapa yang mengatakan, dan apa kepentingannya.

Lalu, saya akan berkata: cantik itu kamu. Dirimu yang seutuhnya dan apa adanya: rupamu, sifatmu, caramu berpikir dan melihat dunia, serta segala yang ada pada dirimu yang menjadikanmu KAMU. Kamu yang tahu nilai-nilai yang ada dalam dirimu jauh lebih besar ketimbang label apapun yang dikatakan oleh siapapun, termasuk mamamu ini. Dan kamu, tidak membutuhkan pengakuan siapapun untuk membuatmu KAMU.

Maka, semoga saya bisa menjadi mama yang bisa membantunya menumbuhkan cara berpikir yang luas. Semoga saya bisa membantunya menanamkan kepercayaan diri yang kuat. Agar dia bisa melihat, ia adalah dirinya — pikiran-pikirannya yang bermanifestasi dalam diri seorang manusia bernama Yasmin Arundhiya H.

--

--

Oka

Got rejected several times applying jobs on writing, here I am instead writing on my own :)